Menjadi seorang guru tidaklah semua orang dapat menjalaninya, dan tidak semua orang yang mengaku menjadi guru bisa menempatkan posisi perannya sesuai dengan yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Banyak orang mendeskrpsikan kalau guru itu sosok yang mesti digugu dan ditiru. Menurut hemat penulis pandangan semacam itu sudah tidak berlaku lagi, sebab dengan bergesernya tata nilai sosial kemasyarakatan dan perkembangan budaya dewasa ini, telah banyak mengubah nilai-nilai kepribadian seorang guru. Kalau dahulu digugu dan ditiru segala apa yang menjadi figur guru oleh para anak didiknya, tetapi sekarang banyak menjadi suatu tontonan dan tuntunan bagi anak didik yang mengindikasikan wagu tur saru. Banyaknya perangai guru dan tingkah laku guru yang sudah tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang panutan bagi para siswanya. Kejadian-kejadian yang ada dari beberapa oknum guru sebagai ilustrasi yang membuat bulu kuduk penulis berdiri.
Untuk itu peran dan fungsi guru serta posisi
kedudukan guru dimata masyarakat mesti harus diperbaiki walaupun ini mungkin
agak sulit. Menurut hemat penulis, guru itu adalah ?……. Terdiri dari
huruf G U R U, dalam keratabasa dalam sastra bahasa jawa menurut Ki Ronggo
Warsito merupakan kepanjangan yang mengandung makna Gudang ke Utama an yang
mempunyai pe Rasa an yang senantiasa Urip (hidup).
Jadi seorang guru semestinya menjadi sosok yang
dapat berperan fungsi gudang (tempat menyimpan) dan mewadahi anak didiknya baik
yang nakal atau yang patuh, baik yang pintar atau yang idiot, yang berperilaku
soleh atau yang berandalan, Semua dapat dirangkul dan dikemas oleh sang
guru dan dicipta menjadi suatu generasi yang bermanfaat bagi nusa bangsa sesuai
dengan keahlian dan bakatnya yang diajarkan dan dididik oleh sosok guru.
Jadi jangan sampai guru tidak mau mengajar dan mendidik anak-anak yang memiliki
dengan segala kekurangannya.
Demikian dengan ke Utama an dari soerang guru,
mestinya dapat mengendalikan diri dengan tetap istiqomah mempertahankan
sifat-sifat dan tauladan tentang keutamaan (yang baik-baik). Senantiasa
menahan nafsu amarahnya, serta dapat memfilter terhadap perkembangan yang
terjadi agar dia tidak terbawa arus walaupun dengan segala himpitan sosial,
ekonomi dan budaya yang berkembang disekitarnya. Dia sadar sepenuhnya bahwa
dirinya adalah gudang keutamaan yang ditonton oleh masyarakat serta anak
didiknya.
pe Rasa an nya pada diri seorang guru mestinya
senantiasa diasah, agar dapat merasakan yang terjadi pada perubahan anak
didiknya, sehingga dia biasa mengarahkan siswanya sesuai dengan karakternya
masing-masing. Tidak selamanya guru mengajar dan mendidik secara kelompok
/ atau klasikal, sering dijumpai anak didik yang membutuhkan sentuhan dan
usapan kasih sayang secara berbeda-beda satu dengan lainnya. Oleh
karena pe Rasa an seorang guru harus hidup secara dinamis. Dia bisa
merasakan lingkungan belajarnya sepereti apa ? besar rasa empatinya
terhadap situasi yang terjadi, bisa memilah-milah metoda dalam menghadapi
berbagai macam perangai anak didiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar